Author by : Elsadila Dhini .H.
"student of Al-azhar University"
Doa adalah sumber kekuatan jiwa, mengubah yang mustahil menjadi nyata. Walaupun terkesan abstrak, tak berwujud, namun terasa. Setiap insan mempunyai harapan yang berbeda-beda . Karena Allah menciptakan manusia dengan segala macam bentuk serta watak yang berbeda. Ada kalanya doa terkabul secara kilat, seolah doa kita memancarkan energi magnetic dari langit. Dan di lain sisi, doa yang kita panjatkan tak kunjung terkabul. Namun kita harus yakin dan percaya, bahwasanya suatu saat permintaan kita akan segera terkabul. Wallahu a’lam.
Kesungguhan kita dalam meminta kepada sang Khalik menjadi salah satu faktor terkabulnya doa. Seorang anak yang meminta sesuatu kepada orang tuanya, dengan penuh tata krama serta sopan santun, maka permintaan itu akan segera di kabulkan oleh orang tua kita. Sama hal nya ketika kita hendak menengadahkan tangan ke langit, dengan penuh kekhusyukan, serta kesungguhan kita dalam meminta akan menjadi penunjang utama terkabulnya doa kita. Dan tuhanmu berfirman : “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu”. (QS:40:60).
Sebuah kisah inspratif kali ini yang akan saya sajikan kepada pembaca adalah tentang pengalaman pribadiku. Sebuah pengharapan serta penantian panjang, dan kini harapan itu terwujud. Penulis tidak membayangkan akan di kabulkannya doa ini oleh Allah. Karena mungkin aku terlalu berharap lebih. Pernah terbersit dalam alam bawah sadarku, akan kemampuanku untuk menginjakkan kaki ke negeri seribu menara. Sebuah kota Mesir yang menyimpan sejuta keunikan.
Negeri para nabi yang membuat diri ini berharap dapat napak tilas jejak para anbiyaa para utusan Allah. Serta dapat merasakan untuk menempa ilmu di universitas yang terkemuka di Mesir. Universitas Al-azhar yang sudah sekian ratus tahun umurnya, dan selama ini selalu di jadikan kiblat para mahasiswa yang haus akan ilmu. Inilah sebuah negeri yang menjadi incaranku sejak lulus ‘aliyah di Gontor putri.
Aku terlahir dari keluarga sederhana, orang tuaku hanyalah seorang fotografer panggilan. Pemasukan rutin bulanan pun sangat minim untuk membiayai sekolah anak-anaknya. Seorang anak tertua dari empat bersaudara, membuatku tampil untuk berpikir lebih dewasa dari adik-adikku. Kewajibanku sebagai seorang kakak tertua yang akan menjadi
Qorrota a’yun bagi adik-adiknya.
Keterbatasan ilmu ku untuk bersaing dengan ribuan org yang bercita-cita sama dengan ku membuat diri ini sedikit minder. Aku bukanlah orang yang cerdas, layaknya teman-temanku yang lain. Kegigihanku untuk selalu ingin maju tlah menutup segala ketidak mungkinan yang menghantuiku.
Pikiran yang selalu menghantui akan masa depanku nanti. Akankah itu semua itu aku raih di negeri yang aku idamkan??! Aku yakin akan keajaiban sebuah doa, aku tak pernah letih untuk selalu berupaya memohon kepada sang Maha penguasa jagad raya ini. Aku serahkan semua keluh-kesahku kepadaNya. Pendapatan orang tuaku yang tak banyak, besarnya biaya yang harus di keluarkan demi sekolahku ke Mesir, membuat diri ini diam membisu. Keinginan untuk bersekolah kesana mulai aku urungkan, ku pendam dalam-dalam
bersama harapan-harapan semu.
Satu-satunya pilihan terakhirku adalah melanjutkan perguruan tinggi di UIN Jogjakarta. Selain untuk meminimalisir pengeluaran orang tuaku, sebagai anak tertua aku tak boleh egois. Ujian masuk perguruan tinggi tlah kulalui, akhirnya pengumuman kelulusan itu keluar. Aku lulus ….! Akhirya aku bisa kuliah ….! Tak ada sedikitpun kegembiraan yang tampak di wajahku. Aku tampak lesu tak bergairah ketika ku lihat namaku terpampang di papan kelulusan. Dalam hati aku meggerutu “Bukan ini yang aku inginkan”.
Impianku untuk melanjutkan perguruan tinggi di Al-azhar tlah membuat hatiku beku. Aku tak bisa menerima kenyataan bahwa aku harus melanjutkan study ku di negeri sendiri. Tidak ada yang salah dengan hal ini, yang salah hanyalah paradigma pemikiranku yang terlalu berlebihan. Pendaftaran ulang hari pertama tlah di buka bagi calon mahasiswi baru. Diri ini masih terdiam kaku, pikiranku membeku, seakan mengunci langkahku untuk bangkit dan maju.
Satu tahun kuliahku terbengkalai, karena pengabdianku kepada pondok untuk mengajar. Kini aku harus mencuri start, azzam ku yang kuat untuk terus melanjutkan study hingga ke jenjang kuliah tak mematikan langkahku. Kini kenyataan harus kuterima, bahwasanya aku adalah calon mahasiswi Universitas UIN. Aku tak ingin kufur ni’mat, dapat bersekolah sudah lebih dari cukup bagiku. Itulah keputusan akhirku, namun lidah ini tak pernah letih untuk selalu berdoa agar di beri kesempatan menuntut ilmu di mesir.
Perasaanku yang plin-plan kadang membuatku mengerti akan makna sebuah harapan. Sebulan lamanya aku urungkan niat untuk mendaftar ulang, tanpa terasa waktu berjalan dengan sangat cepatnya. Aku tersentak ketika menyadari bahwa hari ini adalah hari pendaftaran ulang terakhir bagi fak.psikologi. Bergegas aku bangkit dari mimpi panjangku, ku berkemas-kemas ala kadarnya dan segera menaiki motorku. Ku tancapkan gas motor itu sekencang-kancangnya, motorku menyelip di antara kemacetan mobil, ufft… kena macet lagi !:(
Akhirnya tanpa kusadari, aku sudah berada di depan sebuah bangunan megah, ku parkirkan motorku di depan kampus. Dengan langkah gontai ku masuki ruangan demi ruangan dalam gedung megah itu. Sampailah langkah terakhirku pada ruangan kramat, akhir nyawaku. “Ruang daftar ulang mahasiswi baru fak.psikologi”. Ku tatapi setiap sudut ruang itu, tatapan mata penuh tanya para petugas yang berada di dalamnya, tlah membuat nyaliku menciut.
Perasaanku tak menentu, hingga diriku terpojok di sebuah sudut ruangan, aku menemukan sebuah pamphlet yang berisi “Beasiswa timur tengah”. Seketika itu bola sinar mataku memantulkan sinarnya, sebuah titik pencerahan akn ku temukan. Angin sejuk melintas di wajahku, senyumku melebar, hatiku pun mulai terbuka. Tanpa pikir panjang aku urungkan niatku untuk daftar ulang, aku rela namaku di hapus dari daftar calon mahasisiwi. Resiko apapun akan ku hadapi, demi mewujudkan cita-cita muliaku.
Allah tidak pernah tidur, Dia akan selalu mendengar doa hambaNya. Kekuatan doa serta keyakinan yang gigih akan merubah segalanya. Kita hanyalah hamba yang lemah, yang hanya bisa berharap dan berdoa. Semua keputusan hanya milik-Nya semata. Dan aku yakin bahwa Allah tlah mendengar doaku. Amin ….
Pendaftaran ke timur tengah telah di buka, banyak pilihan Negara yang harus kupilih. Di antaranya adalah Yaman, Pakistan, dan Mesir. Pilihanku jatuh pada pilihan terakhir yaitu Mesir.
Proses pendaftaran ujian berjalan mulus tanpa sedikitpun halangan. Tak henti-hentinya mulut ini mengucapkan rasa syukur teramat dalam kepada Tuhan semesta alam.
Tibalah aku di babak penentuan mati dan hidupku, penentuan akan kelulusanku ke Mesir. Seleksi ujianpun aku ikuti dengan penuh khidmat, azzamku yang kuat membuatku tak pernah mati arah dan tujuan.
Kuhabiskan sehari bersama ibuku, ibu yang setia menemaniku tes demi tes yang aku lalui, dan beliau juga yang setiap malam menjaga hafalan ku, yang tak pernah letih menemani serta membimbingku. Ketulusannya menemani hari ujianku, membuat semangatku berkobar. Aku harus lolos dalam ujian ini….!!! :)
Keyakinan mengalahkan segalanya, itulah hikmah yang dapat aku petik. Hidup memang tak pernah mulus, selalu ada kerikil yang menghalangi langkah kita. Bagaimana seseorang dapat melewati kerikil-kerikil itu dengan penuh kesabaran. Sabar adalah kunci utama keberhasilan hidup. Doaku siang dan malam, serta doa orang2 yang mencintaiku mulai di dengar oleh Allah Swt. Tiba-tiba telepon genggamku berdering, salah seorang sahabat lelaki memberi kabar bahagia akan kelulusanku. Haru biru tangis kebahagiaan mewarnai kelulusanku, orang tuakupun tak percaya akan hal ini. Terimakasih ya Allah …:)
Proses keberangkatanku ke Mesir bukanlah proses yang singkat, ke tidak jelasan akan visa yang akan turun dari Dubes Mesir. Semua itu menghantuiku pikiranku, akankah aku berangkat??! Ketidak jelasan akan keberangkatanku membuat diriku resah, keresahan itupun dirasakan oleh kedua orang tuaku. Namun, di balik keresahan itu aku dapat memetik sebuah hikmah berharga dalam hidup. Hari-hari penantian yang membuatku harus menganggur, kini ku isi dengan kegiatan menghapal Al-Qur’an di salah satu pondok salaf Jogjakarta.
Dua bulan aku habiskan dengan pengabdian diriku kepada Al-Qur’an, aku yakin bahwa Allah mencintai para pecinta Al-Qur’an. Beberapa rintangan harus kulewati, namun disitulah aku menemukan sejuta makna dan hikmah dari itu semua. Ketika diri ini mulai menemukan ketenangan jiwa, keputusan berangkatpun turun. Visa mesirku telah turun, dan kami para mahasiswi Al-azhar akan segera berangkat. Hatiku tenang seketika, senyumku mulai mekar. Dan kesedihanpun menyelimuti batinku, aku harus meninggalkan kampung halamanku, orang tua, pondok salaf tempat aku menghapal, serta orang2 sekelilingku yang aku sayangi.
Bandara Halim Perdana Kusuma tlah menjadi saksi hidup awal perjalananku ke Mesir, di situlah aku di lepas. Tangis kebahagiaan menyelimuti suasana keberangkatanku. Tepat pada tanggal 25 Maret 2009, adalah hari paling bersejarah dalam hidupku. Semuanya seolah seperti mimpi, sebuah mimpi yang menjadi kenyataan. “EGYPT im coming ….!!!” kalimat pertama yang terucap dari bibirku. Semoga Allah selalu bersama mengiringi langkah kami dalam menuntut ilmu hingga kami kembali. Amin …
Aku mulai menikmati anugrah Illahi yang tak semua orang mendapatkannya. Di Kota seribu menara inilah aku baru akan memulai ukiran baru, yang akan menjelma menjadi sebuah ukiran cantik. Inilah hari pertamaku menghirup udara kairo, sebuah Negeri yang tak pernah habis di telan massa. Awal perjuangan baru akan di mulai, akan ku tunjukkan pada dunia akan diriku yang sebenarnya. Harapan orang tua serta orang-orang di sekelilingku tlah mengendap selalu dalam otak dan hati. Sebuah harapan agar anaknya sukses serta pulang membawa oleh-oleh ilmu.
Berjuta ke ajaiban yang aku temukan disini, harapan-harapanku yang semula semu menjadi nyata, seakan-akan seperti sulap, yang menyulap keberadaanku kini. Harapan serta penantian panjangku untuk menempa ilmu di Al-azhar kini terwujud. Tanggal 26 maret 2009 adalah pertama kalinya aku menduduki bangku perkuliahan Az-har. Tak pernah terbersit di hatiku, untuk bersaing di kelas Internasional. Jutaan mahasiswi dari berbagai Negara berbondong-bondong ke Mesir demi mengemban sebuah ilmu.
Kini aku mengerti akan hakikat sebuah doa, dimana doa adalah sesuatu yang sangat sakral bagi kita. Percayalah bahwa Allah Maha Mendengar, dan akan mengabulkan semua harapan serta doa yang kita panjatkan. Amin … Wallahu a’lam bis showab...
Kota seribu menara , 19 Mei 2010